Remaja Militan

Ahmad, begitu ia biasa dipanggil di kalangan teman sekolahnya. Anak-nya pendiem. Nggak banyak tingkah, nggak pernah bikin onar. Ahmad, teman kita kali ini, biarpun pendiem tapi doi amat tegas dalam bersikap. Sorot matanya yang tajam, seringkali bikin ciut nyali kawan-kawannya. Tepatnya, segan kalo harus bertatap wajah dengan anak muda ini. Ahmad berwibawa. Umurnya baru aja 17 tahun, tapi pikirannya jauh melebihi usianya. Contohnya aja, Ahmad sangat bersemangat kalo ngomongin soal kejadian yang ia baca di koran atau dengar di radio, juga ketika kebetulan nonton televisi. Ahmad selalu membahasnya. Seakan ia nggak mau melepaskan begitu saja kesempatan yang dimilikinya untuk ngobrol bareng teman sekolahnya. Malah beberapa teman sekolahnya menjuluki Ahmad dengan sebutan "Suhu". Bukan apa-apa, selain getol ngebahas setiap kejadian yang ia lihat, doi juga lihai ngasih solusi Islam atas persoalan tersebut. Jitu lagi. Gimana nggak oke kan?

Selain itu, Ahmad juga aktif banget di kegiatan remaja masjid sekolahnya. Rasanya, hampir di setiap kegiatan selalu ada Ahmad. Ahmad yang menggerakkan semua kegiatan rohis. Entah itu pengajian di kelas, di masjid sekolah, atau kegiatan-kegiatan keislaman lainnya. Pokoknya anak kelas 2 SMU ini oke banget deh. Idealismenya tinggi. Semangatnya dalam mengkaji dan mengamalkan Islam udah teruji. Ahmad memang jempolan. Alhamdulillah.

Wuih, kalo saja anak muda banyak yang seperti Ahmad, rasanya Islam bakalan terus bersinar. Mengapa? Sebab "ruh" Islam betul-betul lengket dan menyatu dalam pikiran dan jiwanya. Lalu diwujudkan dalam lisan dan perbuatan keseharian. Boleh jadi, rasanya nggak bakalan ada anak sekolah yang nongkrong di mal saat jam pelajaran berlangsung. Bukan tak mungkin, nggak akan ada lagi anak yang mencoba untuk menjajal nyalinya lewat tawuran dengan anak sekolah lain. Barangkali, nggak akan ada anak putri yang ngebet dandan ala Britney Spears, Mariah Carrey, atau Madonna. Mungkin juga, tak ada anak cowok yang hobinya nyantai karena emang nggak banyak aktivitas berguna dalam hidupnya. Tapi semuanya menyatu dalam nuansa Islam yang menyejukkan. Islam menjadi gaya hidupnya. Insya Allah.

Oya, ada satu lagi tentang Ahmad. Remaja ini punya motto hidup: "Hidupku hanya untuk Islam!" Wah, gimana nggak hebat. Itu sebabnya pula, ada banyak temannya yang bilang, Ahmad militan banget.
Hmmm... kamu tahu istilah militan? Kalo kamu baca Kamus Besar Bahasa Indonesia, bakalan menemukan definisi militan. Di situ disebutkan bahwa militan adalah bersemangat tinggi, penuh gairah, dan berhaluan keras.Wah, oke banget kan kalo jadi orang yang militan?

Ahmad, yang muda yang militan. Gelar itu tampaknya pantas disandang anak laki ini. Sebab, antara ucapan dan tindakannya memang mencerminkan sikap seperti itu. Terus terang saja, anak muda yang seperti Ahmad sulit ditemukan saat ini. Sebab yang kita tahu sendiri, banyak anak muda seumuran Ahmad justru tenggelam dalam "hajatan" shabu-shabu, larut dalam kriminalitas, asyik-masyuk dalam baku syahwat, enjoy dalam gemuruh pesta musik, yang puteri masih betah berdandan ala kadarnya (baca: pamer aurat), malah ada juga yang sedang menapaki karir bak penjudi Monte Carlo dan Las Vegas. Walah?

Sobat muda muslim, kita semua merindukan remaja seperti Ahmad. Semangat-nya nggak pernah mati. Tetap menyala dalam jiwanya. Ia tak pernah gentar menghadapi segala rintangan dan hambatan hidup. Sebab yang ia tahu, hidup bukan untuk ditakuti, tapi hidup kudu dinikmati, meskipun harus mengha-dapi ketakutan. Ahmad adalah fenomena remaja militan. Semoga saja ia bisa menularkan semangatnya kepada teman-teman remaja yang lainnya. Dan tentunya, semoga teman remaja lainnya juga bisa mencontoh Ahmad. Jadi, buatlah seperti contoh.

Yang muda yang militan

Kalo di kampung kamu atau di sekolah kamu ada anak yang sangat teguh dalam memegang prinsip Islam, orang sering bilang, "fanatik amat sih anak itu". Hmm... kamu jangan terkecoh dengan ungkapan sebagian orang yang ngomong begitu. Memegang teguh ajaran Islam justru adalah sebuah kewajiban. Kenapa? Firman Allah Swt.: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.. (TQS ali Imran [3]: 103) Dalam ayat lain, Allah Swt. berfirman: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya (total) (TQS al-Baqarah [2]: 208)

Sobat muda muslim, istilah "fanatik" memang selalu dialamatkan kepada orang-orang yang berpegang teguh dengan prinsip Islam. Tapi biasanya orang yang ngomong begitu dibumbui dengan nada "sinis". Tujuan utamanya, supaya yang lain jangan ikut seperti orang yang mereka beri gelar itu. Padahal, fanatik terhadap Islam itu bagus. Biar "kenceng".

Ibaratnya kamu mencintai sesuatu. Kalo kamu nggak ngotot, maka masih diragukan kecintaan kamu kepada sesuatu itu. Untuk mencintai, kamu perlu berkorban. Bahkan bukan tak mungkin harus mengorbankan apa yang sangat kita cintai; harta, tenaga, waktu, keluarga, dan juga kehidupan ini. Kita rela meregang nyawa demi sebuah cinta sejati.

Cinta kita kepada Islam, memang kudu diwujudkan dalam ucapan dan tindakan kita. Itu sebabnya, bohong besar, kalo kita mencintai Islam, tapi ucapan dan tindakan kita bertolak belakang dengan Islam itu sendiri. Itu sih cinta palsu, gombal, dan murahan. Orang yang begitu, biasanya menjadikan Islam hanya sebagai kedok aja biar orang nggak menganggapnya atheis atau sebangsanya.

Sobat muda muslim, istilah militan akhir-akhir ini memang sering dimunculkan. Majalah remaja ibukota, HAI, bahkan mengangkat tema ini dalam rubrik lifestyle pada salah satu edisinya di bulan Februari 2002 lalu. Hanya saja, pembahasannya cenderung bias. Mungkin karena tujuan mereka? Wallahualam. Tapi yang pasti, pembaca disuruh milih; mau jadi militan atau nggak, terserah. Kan bingung ya?

Militan bukan ganas, bukan pula garang. Dan tentu, bukan mau menang sendiri. Sikap militan adalah sikap yang teguh memegang prinsip. Tapi bukan berarti kemudian boleh ganas dan garang. Nggak dong. Kalo pun kemudian orang menilai bahwa militan ini cenderung keras, mungkin karena mereka ngeliat bahwa orang yang militan itu nggak kenal takut, nggak pernah menyerah. Padahal, justru begitulah sikap militan. Ini hanya persoalan persepsi. Kata yang masih betah "nyantai", sikap militan tentu berbahaya. Tapi bagi yang militan, sikap nyantai dan loyo adalah pengecut.

Keduanya melihat dari persepsi yang berbeda. Terus gimana sikap kita? Yup, ketika kita menilai atau melakukan suatu perbuatan, pastikan punya standar. Standar? Betul, standar atau patokan itu mutlak. Supaya menutup kemungkinan akan adanya persepsi lain yang muncul karena berbeda pendapat pada tiap orang. Itu sebabnya, kudu ada standar. Dan itu harus satu. Nggak boleh berbeda. Sebagai seorang muslim, patokan dalam ucapan dan tindakan adalah syariat Islam. Bukan syariat atau aturan lain. Karena yang benar hanyalah Islam. Allah Swt berfirman: Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (TQS al-Ahzab [33]: 36)

Teman remaja muslim, bagi kita, kaum muslimin, sikap militan terhadap Islam adalah sikap yang terpuji dan menjadi modal dasar bagi perjuangan dalam mensyiarkan Islam. Tapi bagi orang-orang yang "loyo" dan cenderung tidak mau ambil risiko, sikap militan adalah sikap yang berbahaya. Inilah perbedaan pemahaman yang seharusnya tidak perlu terjadi.
Islam membutuhkan tenaga, waktu, dan pikiran kita. Sebab kita masih muda, kuat fisik dan kuat akal, masih banyak harapan, dan tentunya, masih banyak waktu luang untuk dakwah Islam. Jadi, nggak ada alasan untuk tidak jadi militan kan?

Pilih mana, jadi militan atau pengecut?

Walah, kejam dan pedas amat subjudul ini. Nggak dong. Segini mah belum kejam dan belum pedas. Malah kalo mau ngebandingin, lebih pedas dan kejam mana dengan yang menyebutkan, "fundamentalis", "ekstrimis", atau malah "teroris". Sebutan yang terakhir ini tentu bikin kita, kaum muslimin, sakit hati. Sebab kita bukan fundamentalis, kita bukan ekstrimis, dan tentu kita bukan teroris. Islam dan ummatnya justru membawa rahmat bagi seluruh alam. Firman Allah Swt.: Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (TQS al-Anbiya' [21]: 107)

Sobat muda muslim, kalo diajukan pertanyaan, "apakah jadi militan atau pengecut?", rasanya kita udah bisa ngejawab deh. Dengan jawaban yang benar lagi. Kayaknya emang nggak ada orang yang ingin disebut pengecut. Semuanya ingin disebut berani dan tegas. Jadi pilih militan dong? Ya, siapa takut?

Nggak usah takut dan bersedih hati hanya gara-gara disebut militan. Justru kita kudu bangga. Dan sebetulnya, tanpa ada embel-embel istilah begitu, dan juga tidak ada pujian begitu, kita tetap istiqomah dalam ajaran Islam. Allah pasti akan mencatat amal kita. Yakin deh. Nggak usah ragu.

Tapi emang kudu diakui bahwa sikap militan ini rada sulit ditemukan di kalangan remaja sekarang. Jangankan yang emang kelakuannya udah amburadul, yang udah "kalem" aja, masih sulit menemukan yang militan. Contohnya, banyak juga teman remaja muslim yang aktif di masjid sekolah. Eh, begitu ada ancaman dari pihak sekolah supaya menghentikan kegiatan pengajian misalnya, langsung drop, down, en kolaps. Wah, payoyeh dong. Garing bin jayus deh kehidupan ini. Nggak ada dinamikanya.
Tapi tentu hal itu nggak berlaku bagi yang punya sikap militan. Ia akan nyari berbagai jalan supaya tetap bisa eksis dalam kegiatan keagamaan di sekolah. Ia akan memutar otaknya untuk nyusun berbagai rencana dan formula supaya tetap bisa menjalankan aktivitas keislaman tersebut. Nah, ini dia yang kita cari: Remaja Militan!

Jangan merasa lebih istimewa

Benar. Meski kita dianjurkan punya sikap militan dalam berislam, tapi tidak berarti kudu merasa lebih istimewa ketimbang teman lain. Itu bisa berbahaya, dan bahkan sangat boleh jadi penyakit ini bisa menghinggapi teman remaja yang militan seandainya nggak pandai menjaga hati. Jangan sampe deh, kita menganggap bahwa kita lebih hebat ketimbang teman lain. Nggak boleh.
Justru sebaliknya yang kita lakukan adalah mengajak mereka supaya bisa seperti kita. Jadi kita nggak boleh eksklusif. Malah seharusnya kita nge-floor dengan teman lain. Istilah gaulnya, kita kudu "merakyat". Sebab, bukan tak mungkin simpati akan mengalir dari sana. Tul nggak? Lagipula, perjuangan bukan hanya milik kita, tapi milik seluruh kaum muslimin. Sebab Islam emang bukan hanya milik mereka yang militan saja, tapi Islam adalah milik seluruh kaum muslimin. Itu sebabnya, baik yang militan, atau yang belum militan, punya tanggung jawab yang sama dalam membela dan memperjuangkan Islam. Kalo pun boleh beda, adalah semangatnya. Jadi, kamu yang belum militan sekarang, tetap kudu berjuang untuk Islam. Siapa tahu, lambat laun kamu bisa jadi militan juga. Benar nggak? Kita coba saja.

Sobat muda muslim, lahan dakwah kita masih luas dan kelewat banyak. Sebab teman remaja yang amburadul dalam hidupnya masih bejibun banget. Itu tanggung jawab mereka yang udah paham Islam. Dan mungkin di antaranya adalah kita. Kita harus sanggup menjadi obor penerang bagi perjalanan hidup mereka yang tengah diliputi kegelapan. Kita kudu mengingatkan teman-teman yang masih buta dengan ajaran Islam. Inilah salah satu alasan wajibnya kita berdakwah. Dan kebetulan, dakwah hanya bisa diemban oleh mereka yang militan. Jadi, nggak usah takut dan ragu jadi militan. Malah harusnya bangga. Kita coba dan tetap semangat! Allahu Akbar!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Remaja Militan "

Post a Comment